Keluarga adalah lingkungan pertama di mana anak-anak tumbuh. Ketika lingkungan pertama itu hancur, maka anak pun juga kehilangan penopangnya. Perceraian yang terjadi di suatu keluarga dapat memberikan dampak besar untuk anak remaja, bahkan mereka kemungkinan untuk menjadi depresi. Begitu banyak luka yang dirasakan oleh anak yang tumbuh di keluarga retak. Bayang-bayang perkelahian mengerikan hingga bagaimana mereka menjadi pelampiasan emosi negatif yang dilakukan oleh orangtua. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru menjadi tempat yang paling dihindari anak-anak broken home. Lingkungan luarlah yang mereka anggap sebagai rumah karena hanya bisa menemukan ketenangan di sana.
Meski
demikian, tidak semua lingkungan luar bisa berimbas baik. Terdapat banyak hal yang harus dilewati anak-anak tersebut
pasca perceraian. Mulai beradaptasi dengan lingkungan yang serba baru,
kebutuhan kasih sayang tidak terpenuhi dengan baik, dan mereka seolah harus
menjalani semua sendiri. Melihat orang lain yang memiliki keluarga utuh
pastinya membuat anak broken home iri. Dan lagi, anak-anak dari keluarga broken
home menjadi merasa rendah diri dan tidak berharga sehingga tidak dicintai.
Penderitaan dan keputusasaan yang mereka rasakan menjadi sangat berbahaya
ketika tidak ditangani dengan tepat.
Menurut Maurus (2018), ada beberapa
cara untuk mengatasi depresi. Cara-cara tersebut antara lain:
1. 1. Mengenali
Diri Sendiri
Tiap manusia harus mengenali dirinya
sendiri. Berkomunikasi dengan orang lain tanpa mengetahui diri sendiri akan
terasa sangat sulit. Dengan mengenal diri sendiri, maka bisa menyadari nilai,
batasan, kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Menganalisis lebih dalam
perihal diri sendiri memang menjadi proses yang terasa menyakitkan karena bisa
menunjukan hal hal negatif yang terjadi pada diri. Mengetahui diri sendiri dapat
memperkaya spontanitas kita sehingga mampu menentukan dan mengeluarkan
perasaan. Dengan demikian, kemantapan emosi menjadi kuat dibanding sebelumnya.
2. 2.
Menjaga Kesehatan
Terdapat peribahasa latin yang
berbunyi mens sana in corpore sano yang artinya pikiran yang
sehat ada di dalam tubuh yang kuat. Ada beberapa penyebab kondisi fisik yang
memicu depresi. Seperti kerusakan gigi, anemia, sembelit, dan lain-lain.
Menjaga Kesehatan dengan melakukan kegiatan fisik, mandi menggunakan air
dingin, udara sejuk, jogging, memakan makanan bergizi dapat
membantu menghilangkan depresi untuk mayoritas orang.
3. 3. Berani
Dari segi harfiah, keputusasaan
merupakan situasi di mana tidak adanya keberanian dalam diri seseorang. Bahkan
lebih dari itu, putus asa artinya harapan yang hilang dan realistis dalam
memandang hidup. Rasa berani sendiri mampu membuat individu menjadi lebih
mengerti bagaimana cara menghadapi kesulitan, menerjang rintangan, hingga
memandang hambatan sebagai tantangan.
4. 4.
Melupakan Masa Lalu
Melupakan di sini tidak benar-benar
diartikan sebagai usaha melenyapkan pengalaman buruk, tetapi sebagai bentuk
penerimaan dengan lapang atas apa yang telah terjadi. Terkadang pengalaman
kurang mengenakkan justru memberikan banyak sekali pembelajaran yang luar
biasa. Dibanding berlarut-larut meratapi nasib, alangkah baiknya bisa mencoba
untuk kembali melangkah. Setiap hari adalah lembaran yang baru, selalu ada
kesempatan untuk bisa mulai menikmati hidup yang seimbang.
5. 5.
Meningkatkan Semangat
Semangat dapat membantu diri sendiri
menjadi lebih merasa penting, sabar, bijaksana, dan lebih siap menghadapi
hidup. Semangat sangat membantu untuk keluar dari pusaran depresi. Semangat
memberikan pandangan pada individu bahwa setitik kesempatan itu masih ada dan
layak untuk diperjuangkan.
6. 6.
Percaya pada Tuhan
Mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa
menjadikan kita lebih merasakan kehadiran Tuhan di manapun kita berada.
Kepercayaan seorang hamba pada Tuhannya sangat berdampak terhadap hadirnya
harapan-harapan positif dalam hidup. Entah bagaimana caranya Tuhan mampu
menarik dari kegelapan menuju kehangatan. Sebegitu hebatnya pengaruh yang akan
dirasakan siapapun yang selalu percaya pada Tuhannya.
7. 7.
Berkomunikasi
Tak dapat dipungkiri, manusia juga
butuh dukungan serta bantuan dari orang sekitar. Mengkomunikasikan permasalahan
pada orang terpercaya sehingga perasaan untuk didengarkan dan dipahami bisa
terpenuhi. Dengan demikian, orang sekitar pun bisa membantu entah dengan
menghibur, menawarkan kegiatan baru, atau dengan menemani ke professional.
Komunikasi mengenai permasalahan dengan orang lain juga memberikan kelegaan
sendiri bagi orang yang depresi.
Untuk siapapun yang melihat anak-anak
dari keluarga broken home di lingkungan sekitar, ada baiknya untuk memberi
bantuan pada mereka. Entah sekadar menanyakan keadaan atau menjadi tempat
mereka bercerita. Bisa saja kenakalan remaja yang terjadi disebabkan karena
mereka butuh dituntun oleh orang dewasa tentang bagaimana cara menghadapi
permasalahan mereka. Mereka juga manusia. Tidak ada yang buruk dari anak-anak
broken home. Mereka hanya kurang beruntung dari segi kondisi keluarga. Dan
untuk anak-anak yang kini sedang terjebak dalam pusaran kegelapan karena
runtuhnya keluarga, beritahukanlah apa yang dirasakan kepada orang dewasa di
sekitar. Komunikasikan apa yang menjadi masalah dan ketakutanmu. Satu hal yang
pasti, tidak ada anak yang tidak berharga. Semua anak memiliki nilainya
masing-masing tidak peduli bagaimana latar belakang mereka.
Sumber:
J. Maurus. (2018). Coping with
Depression. Bright Publisher.
Comments
Post a Comment