Skip to main content

7 Ways to Heal from Depression (For Children from Broken Homes)

Keluarga adalah lingkungan pertama di mana anak-anak tumbuh. Ketika lingkungan pertama itu hancur, maka anak pun juga kehilangan penopangnya. Perceraian yang terjadi di suatu keluarga dapat memberikan dampak besar untuk anak remaja, bahkan mereka kemungkinan untuk menjadi depresi. Begitu banyak luka yang dirasakan oleh anak yang tumbuh di keluarga retak. Bayang-bayang perkelahian mengerikan hingga bagaimana mereka menjadi pelampiasan emosi negatif yang dilakukan oleh orangtua. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru menjadi tempat yang paling dihindari anak-anak broken home. Lingkungan luarlah yang mereka anggap sebagai rumah karena hanya bisa menemukan ketenangan di sana. 

Meski demikian, tidak semua lingkungan luar bisa berimbas baik. Terdapat banyak hal yang harus dilewati anak-anak tersebut pasca perceraian. Mulai beradaptasi dengan lingkungan yang serba baru, kebutuhan kasih sayang tidak terpenuhi dengan baik, dan mereka seolah harus menjalani semua sendiri. Melihat orang lain yang memiliki keluarga utuh pastinya membuat anak broken home iri. Dan lagi, anak-anak dari keluarga broken home menjadi merasa rendah diri dan tidak berharga sehingga tidak dicintai. Penderitaan dan keputusasaan yang mereka rasakan menjadi sangat berbahaya ketika tidak ditangani dengan tepat. 

Menurut Maurus (2018), ada beberapa cara untuk mengatasi depresi. Cara-cara tersebut antara lain:

1.    1.  Mengenali Diri Sendiri

Tiap manusia harus mengenali dirinya sendiri. Berkomunikasi dengan orang lain tanpa mengetahui diri sendiri akan terasa sangat sulit. Dengan mengenal diri sendiri, maka bisa menyadari nilai, batasan, kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Menganalisis lebih dalam perihal diri sendiri memang menjadi proses yang terasa menyakitkan karena bisa menunjukan hal hal negatif yang terjadi pada diri. Mengetahui diri sendiri dapat memperkaya spontanitas kita sehingga mampu menentukan dan mengeluarkan perasaan. Dengan demikian, kemantapan emosi menjadi kuat dibanding sebelumnya.

2.     2.  Menjaga Kesehatan

Terdapat peribahasa latin yang berbunyi mens sana in corpore sano yang artinya pikiran yang sehat ada di dalam tubuh yang kuat. Ada beberapa penyebab kondisi fisik yang memicu depresi. Seperti kerusakan gigi, anemia, sembelit, dan lain-lain. Menjaga Kesehatan dengan melakukan kegiatan fisik, mandi menggunakan air dingin, udara sejuk, jogging, memakan makanan bergizi dapat membantu menghilangkan depresi untuk mayoritas orang.

3.     3.  Berani

Dari segi harfiah, keputusasaan merupakan situasi di mana tidak adanya keberanian dalam diri seseorang. Bahkan lebih dari itu, putus asa artinya harapan yang hilang dan realistis dalam memandang hidup. Rasa berani sendiri mampu membuat individu menjadi lebih mengerti bagaimana cara menghadapi kesulitan, menerjang rintangan, hingga memandang hambatan sebagai tantangan.

4.   4.    Melupakan Masa Lalu

Melupakan di sini tidak benar-benar diartikan sebagai usaha melenyapkan pengalaman buruk, tetapi sebagai bentuk penerimaan dengan lapang atas apa yang telah terjadi. Terkadang pengalaman kurang mengenakkan justru memberikan banyak sekali pembelajaran yang luar biasa. Dibanding berlarut-larut meratapi nasib, alangkah baiknya bisa mencoba untuk kembali melangkah. Setiap hari adalah lembaran yang baru, selalu ada kesempatan untuk bisa mulai menikmati hidup yang seimbang.

5.     5.  Meningkatkan Semangat

Semangat dapat membantu diri sendiri menjadi lebih merasa penting, sabar, bijaksana, dan lebih siap menghadapi hidup. Semangat sangat membantu untuk keluar dari pusaran depresi. Semangat memberikan pandangan pada individu bahwa setitik kesempatan itu masih ada dan layak untuk diperjuangkan.

6.     6.  Percaya pada Tuhan

Mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa menjadikan kita lebih merasakan kehadiran Tuhan di manapun kita berada. Kepercayaan seorang hamba pada Tuhannya sangat berdampak terhadap hadirnya harapan-harapan positif dalam hidup. Entah bagaimana caranya Tuhan mampu menarik dari kegelapan menuju kehangatan. Sebegitu hebatnya pengaruh yang akan dirasakan siapapun yang selalu percaya pada Tuhannya.

7.     7.  Berkomunikasi

Tak dapat dipungkiri, manusia juga butuh dukungan serta bantuan dari orang sekitar. Mengkomunikasikan permasalahan pada orang terpercaya sehingga perasaan untuk didengarkan dan dipahami bisa terpenuhi. Dengan demikian, orang sekitar pun bisa membantu entah dengan menghibur, menawarkan kegiatan baru, atau dengan menemani ke professional. Komunikasi mengenai permasalahan dengan orang lain juga memberikan kelegaan sendiri bagi orang yang depresi.

Untuk siapapun yang melihat anak-anak dari keluarga broken home di lingkungan sekitar, ada baiknya untuk memberi bantuan pada mereka. Entah sekadar menanyakan keadaan atau menjadi tempat mereka bercerita. Bisa saja kenakalan remaja yang terjadi disebabkan karena mereka butuh dituntun oleh orang dewasa tentang bagaimana cara menghadapi permasalahan mereka. Mereka juga manusia. Tidak ada yang buruk dari anak-anak broken home. Mereka hanya kurang beruntung dari segi kondisi keluarga. Dan untuk anak-anak yang kini sedang terjebak dalam pusaran kegelapan karena runtuhnya keluarga, beritahukanlah apa yang dirasakan kepada orang dewasa di sekitar. Komunikasikan apa yang menjadi masalah dan ketakutanmu. Satu hal yang pasti, tidak ada anak yang tidak berharga. Semua anak memiliki nilainya masing-masing tidak peduli bagaimana latar belakang mereka.

 

Sumber:

J. Maurus. (2018). Coping with Depression. Bright Publisher.

Comments

Popular posts from this blog

UNTUK APA KITA BELAJAR?

UNTUK APA KITA BELAJAR? Kali ini, kita akan membahas mengenai 'Untuk apa kita belajar?'. Sebelum itu, saya ingin bertanya terlebih dahulu. Apakah kamu bagian dari tim yang suka belajar? Atau kamu bagian dari tim yang kurang suka belajar? Umumnya, orang-orang menilai bahwa belajar adalah hal yang dilakukan di sekolah. Membaca, memahami, dan mendengarkan penjelasan guru. Mungkin, bagi beberapa orang hal ini sangat membosankan. Toh, materi itu tidak akan berguna di dunia pekerjaan nanti. Eits , tunggu dulu! Belajar itu bukan hal yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja, kamu bisa melakukannya di mana pun kamu berada. Untuk kamu yang termasuk bagian dari kalangan introvert , kamu bisa belajar sendiri di rumah secara otodidak. Justru, power introvert biasanya terletak di sini. Kalau sudah serius, pencapaian seorang intr o vert gak main main, lho! Kalau ekstrovert , kamu bisa belajar di luar rumah. Misalnya di cafe , di taman, pokoknya yang dilakukan bersama orang banyak. Biasanya k...

3 Things That Make Me Happy

"Apa yang membuatku senang?" Sebuah pertanyaan sederhana yang berhasil menembus proses berpikirku. Entah karena pikiranku yang mendadak kosong atau hanya kebingungan bagaimana harus menjawab. Yang pasti membutuhkan waktu beberapa saat untuk menemukan jawabannya. Ya, sering kali kita lebih mengingat apa yang orang lain suka ketimbang diri sendiri. Padahal, diri sendiri juga berhak diperhatikan.  Kali ini aku akan mencoba menuliskan hal apa yang membuatku merasa senang. 1. Mencoba Hal Baru 'Tak bisa dipungkiri bahwa melakukan sesuatu yang baru sangat membuat antusias. Memang tidak semua orang merasakan hal yang sama. Namun, bukankah manusia memang diciptakan dengan keunikannya masing-masing? Bagiku, mencoba sesuatu yang baru terasa seperti meminum minuman baru. Menyenangkan, segar, unik, dan semakin bersemangat. Terlebih ketika menyangkut suasana, aku sungguh menyukai suasana baru. Alasannya karena aku merasa seolah sedang membuat Chapter baru dalam buku kehidupanku. Bisa ...

Cara Menaklukkan Rasa Takut

Bagaimana jika rasa takut menghambat kita untuk berkembang? Tentu bukan hal yang bagus. Oleh karena itu, mari kita simak langkah-langkah di bawah ini agar mampu menaklukkan rasa takut. 1 . Mengenali apa yang kita takuti Langkah awal dalam menaklukkan rasa takut adalah mengenali ketakutan diri sendiri. Tiap orang memiliki ketakutan yang berbeda. Ada yang takut dengan ketinggian, kedalaman, kegelapan, dan masih banyak lagi. Tentunya ada banyak jenis ketakutan unik yang bisa saja dimiliki suatu individu. Kenali ketakutan itu dan perlahan terima 'ia' sebagai bagian dari diri kita. 2. Mencari penyebab ketakutan yang dirasakan Setelah mengetahui ketakutan apa yang dimiliki diri sendiri, kita dapat mencari tahu apa penyebabnya. Hal atau situasi seperti apa yang memicu ketakutan itu timbul. Ataukah ada hal lain yang mendorong ketakutan tersebut hadir ke permukaan. Dengan mengetahui penyebab dari ketakutan yang dimiliki, kita bisa menelusuri serta memilih langkah apa yang dapat dilakuka...